Follower

Selasa, 23 April 2013

Resensi Novel Negeri Di Ujung Tanduk (#2 Negeri Para Bedebah): Menguak Jaringan Mafia Hukum Di Dunia Politik


Bismillahirrahmanirrahim


Cover Depan
Cover Belakang


Judul Novel     : Negeri Di Ujung Tanduk  
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, Jakarta, April 2013
Jumlah hlm       : 360 hlm
Beli di              : Gramedia, Matraman, Jumat 5 April 2013
Harga              : IDR 55.000
Start Read       : 14 April 2013
Finish Read     : 23 April 2013



Prolog:
Di negeri di ujung tanduk, kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi

Di negeri di ujung tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian

Tapi di negeri di ujung tanduk, setidaknya, Kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis darah seluruh badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan

Hampir setahun sudah, akhirnya sekuel negeri para bedebah keluar juga. Bang Tere melanjutkan cerita yang agak menggantung di NPB di novel ini, walaupun jalan ceritanya baru. Yaitu tentang dunia politik. Kisah Thomas, di awali masih dari arena klub petarung. Kali ini Thomas mencoba go internasional, dengan bertarung melawan petarung hongkong bernama Lee. Petarungan itu di lakukan di Makau, dekat Hongkong. Akhirnya Tommi yang menang. Bang tere membuat kejutan di bab-bab selanjutnya tentang Lee, yang ternyata memiliki hubungan kisah lama dengan Opa –nya Tommi.

Opa dan Kadek menyusul Tommi ke Makau, untuk mengantar kapal baru hadiah untuk Tommi. Keceriaan mereka di kapal baru itu, akhirnya terusik karena dengan cepat pasukan antiteror Hongkong menangkap mereka dengan tuduhan membawa sekilogram heroin dan senjata api di kapal. Seorang wartawati bernama Maryam yang sedang mewawancarai Tommi, juga ikut di tangkap.

Tommi tahu ini hanya jebakan belaka. Hal itu dikarenakan penangkapan Tommi bertepatan dengan akan diadakannya konvensi partai besok. Yap, sekarang perusahaan Tommi, membuka layanan baru yaitu konsultan politik disamping konsultan keuangan. Tommi sedang menangani seorang klien yang ingin maju menjadi presiden. Dia bersedia menjadi konsultan, karena calon presiden ini mempunyai misi menegakkan hukum di negeri ini. Dan juga ternyata lagi2 ada kisah masa lalu yang membuat Tommi sangat membela calon presiden berinisial JD ini.

“ Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: penegakkan hukum. Hanya itu sesederhana itu. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya” (p.113)

Tommi dan kawan2 disekap di lantai 15 suatu gedung di Hongkong. Tapi akhirnya mereka bisa kabur dengan cara yang tidak saya duga sekali. Bang tere benar2 cerdas merangkai cerita kaburnya Tommi tersebut. Tommi dan kawan2 akhirnya kembali ke Jakarta dengan status buronan, untuk mengurus banyak hal. Salah satunya menyelamatkan jebakan mafia hukum yang ingin menggagalkan pencalonan presiden JD. Walaupun akhirnya JD kejebak juga dimasukkan penjara atas tuduhan korupsi pembangunan Tunnel.

Mafia hukum ini terdiri dari jaringan2 anggota yang rumit. Melibatkan para penguasa, pejabat, dan pengusaha. Tommi menyuruh stafnya Maggie dan Kris untuk menguak nama2 siapa saja dibalik mafia hukum ini. Akhirnya mereka berhasil memecahkan siapa pucuk pimpinan mafia hukum, yang ternyata lagi dan lagi mempunyai hubungan kisah masa lalu dengan tommi. Orang ini lah musuh/bedebah yang selama ini Tommi ingin hadapi. Siapa Dia??? Temukan jawabannya di Episode 30.

Huft,,itulah sedikit gambaran cerita novel NUT ini. Saya sangat puas membacanya, karena akhir ceritanya dibuat tidak menggantung. Walaupun masih berharap ada sekuel ketiga, dengan cerita baru, hehe. Pada awal2 episode, alur cerita berjalan agak lambat, tapi bang Tere membuat kita tertawa, tegang, terharu, terkaget-kaget di episode2 selanjutnya. Ada pelajaran berharga yang bisa saya ambil dari novel ini yaitu, kita harus mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap orang2 di sekitar kita walaupun harus mengorbankan hal berharga yang kita miliki. Nanti pada akhirnya suatu saat kepedulian itu akan berbuah manis yang akan membuat orang peduli kepada kita, walaupun kita tidak menyangka kalau orang itu peduli karena perbuatan kita peduli terhadap orang lain di masa lampau.
Hal ini di alami Opanya Tommi, Beliau ketika muda merawat temannya yang sakit di kapal, di saat orang lain tidak ada yang peduli. Perbuatan Opanya ini dibalas berpuluh tahun kemudian ketika Tommi harus kabur dari gedung lantai 15 dan menang melawan Sang bedebah utama. Mau tau apa hubungannya???ayo baca donk novel ini.

“Begitu juga hidup ini, Thomas. Kepedulian kita hari ini akam memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi bisa besar dampaknya pada masa mendatang. Apalagi jika kepedulian itu besar, seperti yang dilakukan Opa-mu terhadapku, lebih besar lagi bedanya pada masa mendatang” (p. 358)

Tokoh favorit saya tentu saja, Thomas alias Tommi. Watak dia di gambarkan begitu pintar, jago bertarung, sayang keluarga dan teman, dan juga mungkin tampan,,,hehe. Terfavorit lainnya adalah karakter Maggie (sekretaris Tommi), Lee dan Rudi (salah satu sedikit polisi yang jujur dan peduli). Nah yang saya agak kurang suka adalah karakter wartawati bernama Maryam, kesannya dipaksain ada di novel ini. Karena karakter dia kurang membantu jalannya cerita. Bukan cemburu loh, gara2 dia yang menemani Tommi berkejar-kejaran dengan sang musuh, hehehe.

Oke itulah resensi novel kali ini, semoga bisa memberikan gambaran yang baik dan tertarik tuk baca novel ini. Terakhir saya beri 5 bintang untuk NUT, selamat kepada Tere Liye, serta terima kasih telah memberi pemahaman peduli lewat novel ini. Bang, semoga ada produser film yang mau jadiin novel NPB dan NUT jadi film ya…Amiin