Follower

Sabtu, 13 Juli 2013

Belajar Backpacking ke Kotu (Jacatra) dan KRB (Buitenzorg) Plus Foto

Bismillahirrahmanirrahim

Haloo, kembali lagi bersama saya dengan oleh-oleh cerita liburan nih. Ini adalah agenda liburan kedua saya di semester genap 2013. Kali ini saya bersama teman yang sama, ingin mencoba backpacking, yaitu jalan-jalan plus menginap dengan budget sedikit mungkin. Karena baru pertama kali, jadi kami putuskan bacpackingnya yang dekat-dekat saja dulu (bilang aja takut, hehehe). Googling sana-sini. Akhirnya sepakat mau ke Monas, Museum Nasional, Kotu dan Kebun Raya Bogor (KRB).  Tempat-tempat itu sudah pernah kami kunjungi sebelumnya, tapi karena kangen, jadi hayu aja deh ke sana. Berikut ini ittinery perjalanan kami selama 2 hari:

1.      Minggu, 30 Juni 2013
a.       10.00 WIB: Meeting point di halte busway harmoni
b.      10.30 WIB: Sampai di Monas dan berkeliling Monas
c.       11.30 WIB: Menjelajah Museum Nasional (Museum Gajah)
d.      13.00 WIB: Meninggalkan Museum Nasional menuju Kotu
e.       13.30 WIB: Hunting penginapan sekitar Kotu
f.       14.00 WIB: Ishoma di penginapan
g.      16.00 WIB: Menjelajah wisata sekitar Kotu (Taman Fatahillah, Jembatan Kota
                    Intan, dan Pelabuhan Sunda Kelapa)
h.      19.00 WIB: Istirahat dan tidur di penginapan

2.      Senin, 1 Juli 2013
a.       08.30 WIB: Cek out dari penginapan
b.      09.15 WIB: Perjalanan ke Bogor naik Comuter Line dari Stasiun Kota
c.       11.00 WIB: Sampai di stasiun Bogor menuju KRB
d.      11.30 WIB: Menjelajah KRB
e.       15.00 WIB: Meninggalkan KRB
f.       15.30 WIB: Hunting oleh-oleh di Stasiun Baranangsiang
g.      16.00 WIB: Perjalanan pulang ke Jacatra naik Bus
h.      18.00 WIB: Tiba di rumah masing-masing

Cukup simple kan perjalanan kami,,walaupun saya menemukan beberapa kendala. Misalnya soal transportasi dan penginapan. Karena sedang musim liburan, transportasi di Jacatra dan Bogor sangat padat. Jadi harus berlelah-lelah di dalam perjalanan (selalu diri di busway dan kereta). Kalau penginapan, karena kami spontan hunting pas di tempat, jadinya tidak bisa membandingkan penginapan apa yang murah tapi nyaman. Jadi kami hanya masuk satu hotel bintang satu (mungkin) bernama “Fortuna”. Malu kan kalo masuk cuma nanya harga, hehehe, jadi kami langsung cek in dengan kamar yang tersisa hanya yang standart seharga ± 250 ribu per malam (ini mah mahal bagi backpacker ya??). Letak hotel ini dekat dengan stasiun dan museum-museum (tinggal jalan).

Pada beberapa tempat wisata yang di kunjungi, kami sempat kecewa. Misalnya di monas, kami kaget karena sangatlah ramai dengan manusia dan orang jualan. Sampai-sampai kami tidak jadi masuk ke cawan karena antrian tiket padat dan cuaca sangat panas. Kekecewaan sedikit terobati ketika kami mencoba makan kerak telor tuk pertama kali, hehe. Makannya di bawah pohon rindang dan di sekelilingnya banyak orang jualan dan juga piknik.

Dan tempat kedua yang bikin kecewa adalah kawasan Taman Fatahillah. Kami ke sana pada sore hari, dan lagi-lagi surprise karena sangat ramai orang jualan, kegiatan seni, dan orang-orang pada kongkow2. Menurut saya suasananya agak terkesan kumuh. Di sini kami hanya bengong ngeliatin keramaian tersebut. Padahal niatnya mau menelusuri bangunan2 peninggalan Belanda yang ada unsur masoniknya, eh jadi ga bisa. Mungkin ini (ramai) hanya terjadi di hari libur kali ya.

Setelah itu kami putar haluan mau ke Jembatan Kota Intan dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Akses ke sana bisa sewa sepeda ontel seharga 40 ribu per orang udah dengan guidenya. Tapi kalo gitu mah bukan backpacking namanya, jadi kami putuskan berjalan kaki ke sana dengan modal tanya sana sini. Ternyata Jembatan Kota Intan tidak terlau jauh (ga sampai ngos-ngosan kok). Tiba di sana pukul 5 sore. Bayar tiket masuk 2 ribu. Pengunjungnya sedikit dan kebanyakan anak remaja (ada yang pacaran, sebel liatnya). Jembatan ini kurang terawat, catnya sudah memudar dan kali dibawahnya kotor. Kami di sini cuma ambil foto dan memang cuma itu aja kayaknya yang bisa dilakukan di sini.

Walaupun sudah hampir magrib, kami masih semangat ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Setelah jalan kaki yang lumayan jauh, ketemu juga sih pelabuhannya. Tapi kok ga nemu spot yang bagus seperti gambaran cerita orang. Karena sudah malam, takut (suasananya sepi) dan capek, akhirnya saya memutuskan balik ke hotel. Kecewa tuk yang ketiga kali.

Backpacking kedua kami lanjutkan esok harinya di kota Bogor. Untuk menuju ke sana kami gunakan kereta. Dan ternyata sekarang sistem KRL ke Bogor hanya ada satu pilihan saja yaitu comuter line seharga 5 ribu. Otomatis suasana dalam kereta sangat penuh. Ini membuat saya mikir dua kali kalo mau naik lagi, karena pas turun di stasiun Bogor keadaan udah lemes dan kusut padahal belum keliling KRB.

Bogor ternyata sudah berubah, lebih ramai (terakhir ke sana waktu kuliah). Ada mall baru bernama “BTM” dekat KRB. Tiket masuk KRB sekarang 14 ribu rupiah per orang. Loket tiketnya berada di gedung baru yang di bawahnya ada kantin. Kami keliling di KRB dengan berjalan kaki. Pilihan lainnya bisa naik “bis keliling” dan sewa sepeda. Di sini kami hanya duduk2 liat pepohonan dan danau menikmati udara segar dan juga hunting foto. Secara saya guru IPA jadi sekalian motoin tanaman yang ada di sana. Keadaan KRB masih cukup terawat, walaupun ada beberapa kolam yang minim tanaman dan ada sampahnya. Yang bisa di nikmati di KRB ya memang suasananya yang sejuk aja, bagi yang mau belajar tumbuhan juga bisa, karena ada taman2 dengan keterangan pohonnya dan ada museum zoology berisi fosil2 hewan.

Keliling KRB selesai pukul 3 sore, selanjutnya kami mau hunting oleh-oleh. Yang jual oleh-oleh ada di depan pintu masuk KRB. Jenisnya ada asinan, tales, makanan2 kering, kaos dan souvenir. Tapi kami malah beli oleh-olehnya di terminal bis Baranangsiang, coz tempatnya lebih nyaman. Kami putuskan pulang naik bus, walau harga lebih mahal, karena kami ingin membeli kenyamanan perjalanan (kapok naik kereta, hehehe).

Oke itulah cerita backpacking pertama saya, walaupun kayaknya ga bener-bener backpacking (masih manjaaa), karena seharusnya ada biaya yang bisa di tekan seminim mungkin. Biarlah ini jadi pengalaman. Abis ini mau backpacking yang lebih ekstrim ahhh,,see u. Salam ransel!!!

Last Note: ini rincian biaya per orang selama backpacking:
  1. Tiket Busway ke Harmoni: 3500
  2. Kerak telor: 15.000 (sharing 2 orang)
  3. Tiket masuk Museum Nasional : 5000
  4. Tiket busway ke Kota: 3500
  5. Hotel kamar standart: ±250.000 (sharing 2 orang)
  6. Belanja minuman dan snack: 50.000
  7. Tiket masuk Jembatan Kota Intan: 2000
  8. Angkot ke Kota: 2500
  9. Makan malam: 16.000
  10. Tiket KRL: 5000
  11. Angkot ke KRB: 2500
  12. Tiket masuk KRB: 14.000
  13. Makan siang: 15.000
  14.  Es krim KRB: 2000
  15. Beli oleh-oleh: 50.000
  16. Angkot ke Baranangsiang: 2000
  17.  Tiket bus Bogor-Kalideres: 14.000
  18. Angkot ke rumah: 2000

Jadi total biayanya: ± Rp 321.500

Ini beberapa Foto kami selama Backpacking:

1. At Jacatra:

Jembatan Kota Intan berwarna merah

Taman Fatahillah di sore hari ramai sekali
Booking Hotel di Kotu
         
           2. At Buitenzorg:

Suasana Commuter Line Gerbong Wanita



Hutan Pandan, yang ternyata akarnya mencuat keatas

Ada Es Krim made in KRB (booth nya banyak)











Resensi Novel Rantau 1 Muara: Kisah Perantauan Alif Fikri Mencari Jalannya

Bismillahirrahmanirrahim

Cover Depan

Judul Novel     : Rantau 1 Muara 
Penulis             : A. Fuadi
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Mei, Jakarta, 2013
Jumlah hlm      : 407 hlm
Beli di             : Gramedia Citra Land Jakarta
Harga              : IDR 75.000
Start Read       : 9 Juli 2013
Finish Read     : 11 Juli 2013


“Hari ini pula, di atas pesawat yang menerbangkan aku dari Washington DC ke Jakarta, aku rosok ujung lipatan dompetku dan aku tarik sehelai kertas tua berlipat-lipat kecil. Tiga  barisan tulisan tangan itu masih jelas tertera di kertas yang menguning ini. Tiga baris yang menjadi dayung-dayung hidupku selama ini.”
Man jadda wa jadda
Man shabara zhafira
Man saara ala darbi washala

Itu adalah perkataan Alif  pada bagian epilog novel Rantau 1 Muara (R1M). Sudah cukup lama aku menungu hadirnya novel pamungkas dari trilogy “Negeri 5 Menara” ini. Dan penantianku berakhir manis, karena novel R1M alur ceritanya sangat mengalir dan terselip kata-kata semangat yang cukup membuat aku terpengaruh, terutama ingin menguasai bahasa Inggris dan Arabic. Jadi dengan senang hati aku beri 5 bintang untuk novel ini.

Secara umum R1M bercerita tentang kepulangan Alif dari Kanada ke Indonesia. Dia masih harus menghadapi masalah setelah kepulangannya, seperti tunggakan kos dan bayar kuliah. Sampai-sampai dia harus berurusan dengan debt collector (tapi sayang ga diceritain bagaimana Alif melunasi debt collector tersebut). Alhamdulillah, masalah tersebut dapat selesai dengan cara yang tidak disangka-sangka Alif, hmhmhm apa ya kira-kira???

Lulus kuliah, Alif menghadapi masalah baru. Tadinya ia masih santai, tidak menggebu-gebu mencari pekerjaan, karena ia mendapat penghasilan sebagai penulis  lepas di koran. Dan akhirnya, krismon melanda Indonesia yang juga melanda Alif. Dia divakumkan jadi penulis lepas untuk waktu tak tentu. Mulailah ia pontang-panting mencari pekerjaan. Sebagai seorang lulusan HI, ia melamar ke berbagai organisasi internasional. Karena krismon, banyak lamaran tersebut yang di tolak.

Di tengah kegalauan tersebut, “Randai” teman sekaligus saingan Alif muncul. Randai  telah bekerja sesuai kuliahnya dia (konsisten). Randai juga kembali menantang Alif, untuk cepat-cepatan siapa yang bisa melanjutkan sekolah S2 di Eropa atau Amerika. Dasar Alif, dengan pede dia menerima tantangan tersebut. Boro-boro S2, pekerjaan saja belum ada.

Alif merenung, apa jalan pekerjaan yang ia ingin tekuni. Dia teringat mantra ketiga dari gurunya, yaitu Man saara ala darbi washala: siapa yang berjalan di jalannya akan sampai tujuan. Randai sudah konsisten di jalannya, sedangkan dia mau jadi apa???Akhirnya Alif menemukan jalannya setelah flashback ke masa-masa waktu di pondok dan kuliah. Apa hayoo jalan yang sekaligus jadi pekerjaan Alif tersebut???

Kisah-kisah selanjutnya bercerita tentang perjuangan Alif di pekerjaan barunya walaupun dengan gaji pas-pasan karena kantor ia bekerja menerapkan kejujuran dan integritas tinggi. Perjuangan tersebut berbuah manis, karena dia akhirnya memperoleh beasiswa S2 Fullbrigth ke Amerika Serikat dan juga masih bisa bekerja di kantor tersebut. Kisah cinta Alif kembali hadir di novel ini (bikin mesem-mesem geregetan). Dan kali ini cinta Alif benar-benar berlabuh ke pernikahan. Siapa ya jodohnya Alif?? Dimanakah mereka bertemu???

Selanjutnya diceritakan perjuangan Alif merantau ke Amrik. Bagaimana dia kuliah dan mendapat pekerjaan yang konsisten. Tiga mantra dari guru Alif yang ia terapkan, ternyata mampu mengantar Alif mencapai cita-cita yang dia mau. Tapi setelah ia merantau dengan bekal mantra tersebut, ia memutuskan kembali ke muara ia berasal. Bagaimana ya kisah akhir cerita Alif??Ayo baca sendiri, ya!!

Huft, itulah sedikit review dari aku. Dan akhirnya aku sangat puas dengan novel pamungkas ini. Kepada penulis novel: A. Fuadi, aku tidak sabar lagi menanti novel selanjutnya yang kayaknya hadir dengan tokoh-tokoh baru. Ok salam membaca!!!