Bismillahirrahmanirrahim,,,
Jakarta, 19 Agustus 2012
Allahhu akbar allahhu akbar allah….
Sehabis shalat magrib,
gema takbir bersahutan dari speaker masjid menyambut hari Idul Fitri. Saya
setiap tahun merayakan Idul Fitri di rumah orang tua saya yang berada di Desa
Leles, Tangerang. Walaupun desa, letaknya hanya 1 jam dari Cengkareng Jak-Bar.
Ortu saya sudah tinggal di sini selama hampir 7 tahun. Saya sendiri tidak
tinggal di desa ini, melainkan tinggal di Cengkareng.
Sekarang saya mau
menceritakan pengalaman pelaksanaan shalat Idul Fitri di desa ini. Ada
perbedaan dengan pelaksanaan di kebanyakan masjid di Jakarta. Kalau di Jakarta,
shalat id biasanya mulai jam 7 pagi. Nah kalo di sini shalatnya mulai jam
setengah 7 pagi. Jadi saya dan ibu saya berangkat menuju masjid pukul 6 pagi.
Oh ya yang unik adalah dalam satu musholla yang shalat hanya kaum wanita saja.
Jadi khatib dan imamnya juga seorang
wanita. Kaum prianya shalat terpisah di musholla lain. Pas sampai musholla
ternyata sudah penuh pake banget. So, kami tidak kebagian tempat karena mushollanya kecil. Tapi
Alhamdulillah akhirnya dapat lapak juga nih, walau sempit ga pa2 justru itu
menyebabkan shaf shalatnya rapat. Beda halnya jika kita shalat jamaah di masjid
yang luas, biasanya kaum wanitanya susah untuk di suruh merapatkan dan
merapikan shaf.
Desa Leles ini warganya
berasal dari suku sunda. Alhasil, sang khatib berceramah pakai bahasa sunda. Ya
udah deh, karena saya besar di Jakarta jadi ga ngerti yang di sampaikan sang
khatib. Tapi kayaknya hanya tentang harapan agar amal ibadah seluruh warga
dapat di terima oleh Allah dan dapat dipertemukan lagi dengan Ramadhan tahun
depan. Ga ada tema pembahasan up to date seperti masjid-masjid di Jakarta.
Harap maklum kebanyakan sesepuh warga di sini ga mengeyam bangku sekolah. Ceramah
dan shalat tidak menggunakan speaker, jadi ga kedengeran deh. Setelah
berceramah, ada sesi mengirim doa untuk arwah2 . Nah ini yang bikin saya jenuh,
coz lama banget itu doa. Saya sampai terkantuk-kantuk duduk diem aja. Warga
yang lain juga sudah mulai gelisah. Alhamdulillah akhirnya selesai juga shalat
id pada pukul setengah 8 pagi. Acara di tutup dengan maaf-maafan.
Oke
itulah pengalaman shalat id di Desa pinggiran Jakarta bernama Leles. Kalau mau
memilih, saya lebih baik shalat di masjid yang menggunakan bahasa Indonesia aja
deh. Coz biar ngerti dan dapat tambahan ilmu. Harapan saya semoga tahun depan
musholla di Desa Leles dapat tambah luas dan khatibnya kalo bisa gantian ama
khatib yang lain. Semoga Allah mengabulkannya. Akhir kata, saya mengucapkan
“Selamat Idul Fitri 1433 H, Minal aidzin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan
bathin”
TINING SINGAPORE - titanium dioxide in food | TINING, TINING, TINING
BalasHapusTOO MÁM TIUM AT AT ATOM TIUM ATOM TIUM ATOM TIUM ATOM titanium nose rings TIUM ATOM TIUM ATOM TIUM titanium scrap price ATOM TIUM polished titanium ATOM TIUM ATOM TIUM ATOM TUM ATOM dental implants TIUM ATOM TUM ATOM TIUM ATOM TUM ATOM TUM TIUM titanium spork ATOM TUM